bebas ceritACerita bebas
kumpulan esai-esaiku

Des
09

burned-alive11

Buku ini semestinya merupakan kesaksian yang luar biasa, sebuah kisah nyata tragis yang tidak pernah sedikitpun terpikirkan bahwa masih ada keberanian yang dahsyat dan ketahanan hidup yang mengagumkan dari seorang perempuan di sebuah desa di Tepi Barat Palestina dimana praktik kekejaman terhadap perempuan masih berlanjut hingga hari ini.

Seperti diringkaskan di cover belakang, pada usianya yang menginjak tujuh belas, Souad mengalami jatuh cinta. Di desanya seperti halnya dibanyak wilayah lain di Palestina, hubungan seksual sebelum perkawinan dipandang sebagai pelanggaran berat atas kehormatan keluarga, pelanggaran yang pada akhirnya akan berujung pada hukuman mati. Maka ditunjuklah kakak iparnya – Hussein –untuk melakukan eksekusi. Maka pada suatu pagi, Hussein pun perlahan-lahan mendekati Souad, menyiramkan bensin ke tubuhnya dan membakarnya hidup-hidup. Di mata seluruh desa, Hussein adalah seorang pahlawan.

Namun sangat menakjubkan bahwa Souad masih tetap hidup meskipun harus menderita luka bakar yang sangat mngerikan. Ia diselamatkan oleh beberapa perempuan desanya. Dan mukjizat atas dirinya masih berlanjut, Souad ditolong oleh seorang perempuan pekerja sosial asal Eropa yang memungkinkannya mendapatkan perawatan dan perlindungan. Kini Souad dengan luar biasa telah memutuskan untuk menceritakan kisahnya dan menelanjangi kekejaman berbagai tindakan pembunuhan yang mengatas-namakan kehormatan yang selama ini terjadi di desanya. Suatu praktik kekejian yang masih berlanjut hingga detik ini.

Buku ini bermaksud juga untuk mempertegar panggilan untuk mendobrak tabu kebisuan yang membentengi praktik-praktik yang sangat brutal yang sama sekali tidak mengindahkan nasib kaum perempuan.

Souad hingga kini menetap di Eropa bersama ketiga anaknya dan namanya tetap dirahasiakan.

Sep
30

Selamat hari raya idul Fitri 1 Syawal 1429 H

Semoga kita semua berada dalam kumpulan pemenang

atas hawa nafsu kita selama setahun ini

Mohon maaf lahir batin

Sep
30

(adobted from the Jakarta Post 29-09-2008)

Pemerintah dalam hal ini Kementrian Transmigrasi mengatakan bahwa selama beberapa minggu sebelum lebaran diperkirakan telah terjadi arus pengiriman uang oleh para pekerja Indonesia di luar negeri khususnya di Singapura, Hongkong dan Timur Tengah sebesar 4 triliun rupiah (sekitar 428 miliar dollar Amerika) kepada orang tua dan saudara-saudara mereka di tanah air.

Jumlah ini lebih besar dibanding periode yang sama di tahun kemarin dan jelas-jelas telah menyumbangkan pendapatan perkapita negara sebesar USD. 1,600 terutama pada saat menjelang Idul Fitri Rabu besok.

Libur panjang Idul Fitri bagaimanapun juga akan sedikit banyak mempengaruhi peredaran uang di Indonesia terutama juga karena bank-bank akan tutup mulai Selasa (30-09-2008) hingga Jumat (03-10-2008) dimana kebanyakan orang membutuhkan uang koin dan cash dalam pecahan kecil.

Idul Fitri adalah saat dimana jutaan orang di daerah urban (perkotaan) akan kembali melakukan perjalanan panjang ke daerah-daerah asal mereka untuk merayakan berakhirnya puasa dan perayaan Idul Fitri bersama orang tua, sanak famili, keluarga dan teman-teman mereka. Momen ini sekaligus menandai pemudik Muslim yang merupakan mayoritas di Indonesia untuk menunjukkan keberhasilan dan kemakmuran yang mereka raih di kota.

Secara ekonomi, hal ini juga telah menyeimbangkan kondisi kemakmuran yang selama ini timpang karena uang dan kemakmuran lebih banyak beredar di perkotaan. Libur panjang Idul Fitri telah menjadi sarana redistribusi pendapatan ke daerah-daerah rural (pedesaan) yang terutama dihuni oleh mayoritas masyarakat miskin negeri ini.

Secara sosial-budaya, bagi para pemudik, momen ini sekaligus juga sebagai upaya untuk menata kembali silahturahmi dengan sanak saudara mereka di daerah yang barangkali selama ini terputus atau tak terpikirkan sama sekali karena kesibukan pekerjaan selam setahun ini.

Bagi orang-orang tertentu yang tidak terlibat langsung dengan momentum mudik ini barangkali akan sangat sulit untuk memahami mengapa orang harus melakukan perjalanan panjang yang melelahkan, tidak nyaman, dan mungkin menyakitkan hanya untuk menghabiskan waktu libur beberapa hari di tempat asal mereka.

Namun lebih dari itu libur panjang Idul Fitri selama bertahun-tahun telah menjadi saat yang ditunggu oleh jutaan Muslim pemudik di negeri ini dan dengan itu tak ada lagi rasa lelah, sakit atau tidak nyaman menjalaninya. Silahturahmi dan keinginan berbagi kemakmuran telah mengalahkan semua itu.

Bagi daerah-daerah urban (perkotaan) surplus ekonomi justru dinikmati pada minggu-minggu menjelang berakhirnya puasa dimana hampir semua department sore, supermarket dan pengusaha consumer goods mengalami kenaikan penjualan hampir 55% dibanding periode pra-idul fitri.

Barangkali hal-hal seperti diatas, hanya mungkin terjadi di negeri ini, Indonesia karena secara kultural tidak ditemukan di negara-negara lain bahkan di Malaysia yang mayoritas penduduknya juga Muslim.

Sep
28

Meresensi buku yang ditulis oleh penulis kelahiran dan tinggal di kota yang sama dengan saya merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Apalagi buku yang saya resensi ini dengan cuma-cuma dan bangga hati di berikan kepada saya. Penulis, Moh. Sofhan kelahiran Gresik, 23 Nopember 1975 adalah alumni Pesantren Maskumambang yang juga dosen di Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) yang sarat dengan pengalaman dan kekuatan pemikiran dan telah menerbitkan beberapa karya berkualitas. Arek Gresik yang Islami dengan pemikiran yang modern seperti inilah yang kita butuhkan untuk memberdayakan Islam menghadapi tantangan zaman post-modern dewasa ini. Semoga resensi ini menggugah kita untuk lebih mendalami pemikirannya.


Jalan Ketiga Pemikiran Islam

Gelombang pemikiran keislaman kontemporer yang membahana dengan kencang di dunia Islam membuktikan bahwa Islam sebagai sebuah diskursus akan mengalami pembaruan yang tak terbendung. Pemikiran keislaman akan selalu mengikuti gerak sejarah. Tuhan memiliki kehendak yang fatalistik namun sejarah merupakan unsur determinan dalam tataran empirik.

Tradisionalisme Islam senantiasa berusaha memaknai Islam dengan mengacu pada tradisi mulai dari zaman nabi hingga sekarang ini. Artinya, pelestarian tradisi yang diletakkan oleh nabi, sahabat sampai dengan para ulama harus menjadi pedoman hukum bagi kelangsungan kehidupan umat Islam. Sampai kadangkala tradisi itu sendiri menjadi lebih penting daripada melakukan penafsiran ulang atas Al-Qur’an.

Selain terpaku pada warisan tradisi yang berorientasi pada masa lalu, mereka juga enggan bahkan alergi terhadap progress of idea terutama bila itu dicurigai berasal dari Barat. Fanatisme berlebihan juga masih memenuhi benak mereka. Hal ini semata-mata untuk mempertahankan hegemoninya dalam menafsirkan agama (Islam). Sehingga mau tidak mau harus diakui bahwa bukan agama Islam yang menghalangi kemajuan sains namun justru para ulamalah yang melemahkan semangat masyarakat muslim untuk mempelajari sains.

Sebagai reaksi atas tradisionalisme, Islam liberal menawarkan suatu pendekatan yang tidak rigid, skriptural dalam menawarkan ide-ide Islam progresif. Islam liberal disini merujuk pada kaum muslimin yang menghargai pandangan Barat. Mereka mulai mencari jati diri baru yang setidak-tidaknya dalam beberapa hal lebih selaras dengan nilai-nilai Barat.

Kemunculan intelektual muda Muslim di Indonesia akhir-akhir ini , baik dari kalangan NU yang tergabung dalam Jaringan Islam Liberal (JIL) dan kalangan Muhammadiyah dalam Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM), menumbuhkan harapan berkembangnya kembali tradisi pemikiran umat Islam yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan zaman. Keberadaan mereka juga dibutuhkan dapat membantu memepercepat perubahan cara berpikir umat Islam yang selama ini sangat lamban. Selama ini umat Islam terlihat mengalami kemandekan karena telah memudarnya rasionalisme dalam pemikiran Islam.

Munculnya tradisionalisme Islam dan liberalisme adalah merupakan hasil interaksi antara pergumulan Islam ke dalam dan kontak dengan dunia luar tidak bisa hanya dijelaskan dari perspekstif kajian modern liberal dan juga tidak bisa dijawab dengan memberikan orientasi pra-modern tradisional.

Sehingga perlu dilakukan sinergi kembali antara tradisi yang kaya dengan nilai-nilai kearifan dengan modernitas sebagai upaya melampaui pemahaman tradisi untuk mendapatkan sebuah pemahaman modern dan pandangan baru tentang tradisi.
Modernitas adalah sebuah keharusan bagi seorang intelektual supaya mampu menjelaskan segenap fenomena kebudayaan serta tempat dimana modernitas muncul, sehingga modernitas yang seperti ini menjadi sebuah pesan dan dorongan perubahan dalam rangka menghidupkan kembali berbagai mentalitas, norma dan pemikiran Islam beserta seluruh apresiasinya. Dengan demikian kajian Islam bisa relevan dengan perkembangan situasi, kondisi dan kenteks era modern-kontemporer.

Sep
11

memperingati tragedi 911?
coba renungkan barang sejenak
agar tidak keliru berfikir dan bertindak

TERORIS
sejak awal tak pernah jelas
kepada siapa kata ini dilekatkan
apakah kepada para pembela agama yang berjuang demi keadilan
apakah kepada para orang muda yang menuntut persamaan
apakah kepada setiap orang yang kehendaknya tak tersampaikan
ataukah kepada mereka yang tak mendapat tempat sedikitpun di sisi hegemoni
kata ini memiliki unsur magis yang dapat menggiring pendengarnya menjadi
bergidik, ketakutan, gelisah dan putus asa
lebih dari itu, idiom ini diciptakan dan dimunculkan sebagai mesin pencuci otak
agar setiap orang saling curiga dan membenci
karena inalah tujuan utama, karena inilah cita-cita para penguasa untuk mempermudah
rengkuhan kekuasaannya.
jadi, sekali renungkan perlukah memperingati tragedi 911?

Sep
11

People built a bridge to avoid the flood
People walk onto the bridge for hope
Every pieces of the nails will strong the structure
Connecting people into their future
Bridge will stands among the borders
Crossing the lands, sprays the sands, feel the wind of the land of mother
Bridge was meeting me with my lovely flowers
When the sun kiss the warm of the winter
Every steels have their own characters
Creating shapes, years by years and someday…
the bridge will come to its destiny
But love of the rivers
kiss of the winds
stings of the sun
will lead me back
to the bridge where I belong


(pictures absorbed from http://www.wallpaperpimper.com)

kiss!

myflag

Sep
10

Sebuah pelangi terbentuk di kaki langit sebelah timur setelah hujan mengguyur. Enam warnanya indah membentuk gugusan selendang panjang tak berujung. Kemanapun kita mencari tak akan pernah bertemu dengan ujungnya.

(foto diambil dari http://www.arrowphotos.com)

Warna-warna pelangi mengingatkan kita pada warna-warna perahu politik yang pernah ada. Setiap tokoh maupun simpatisan gurem berusaha mengidentifikasikan diri mereka pada warna-warna tertentu yang mereka yakini bisa merubah hidup mereka pada lima tahun mendatang. Setiap orang selalu berusaha mendatangi gegap gempita konvensi warna mereka. Hiruk pikuk yang terkadang tak pernah mereka sadari apa artinya. Sebungkus nasi dan segelas air mineral atau selembar dua puluh ribuan nyatanya mampu menyeret mereka meninggalkan rutinitas mereka. Warna bukan faktor utama ternyata. Karena banyak orang memiliki kaos oblong lebih dari satu warna. Pilihan mereka bukan pada warnanya tapi imbal baliknya.

Pelangi memang indah dilihat dan menarik disaksikan.
Warna-warnanya penuh fatamorgana karena tak nyata. Namun entah mengapa orang masih saja bisa mengagungkan warna-warna. Warna-warna akan semakin cemerlang bila hari menjelang siang saat dimana orang pada posisi puncak kefatamorganaan. Tak bisa memandang jernih, tak dapat merasakan fakta. Mereka hanya menjadi bagian dari sebuah kepalsuan, sebuah persiapan besar penataran manusia-manusia yang penuh tipu muslihat. Lihatlah orang di atas sana! Yang mulutnya lantang menyebut kebenaran atas warna-warna. Ditangannya ada segenggam pasir yang kelak disebarkan kepada kalian agar tetap buta dan meraba-raba. Maka jadilah warna-warna sebagai mesias penuntun dalam kegelapan. Padahal warna-warna sebenarnya tidak mempedulikan kita manusia. Warna hanya peduli pada warna. Ingin menjadikan warna A lebih dominan di antara sekian puluh warna lain. Warna hanya rakus pada kekuasaan dan harta.

Pelangi suatu saat akan pudar.
Warna-warnanya akan pupus, hilang ditelan angin dan pergantian cuaca. Kemana perginya warna-warna itu? Dia ternyata tidak kemana-mana. Menyembunyikan wujudnya karena ingin menikmati kemenangan dan keserakahan. Menyembunyikan dirinya karena berharap bisa mengelak dari jejak-jejak bekas janjinya pada konvensi para warna. Menjauhkan diri agar tidak dimintai pertanggung-jawaban karena segala tetek bengek keriuhan lima tahun lalu adalah sekedar polesan palsu yang kini telah luntur. Warna seakan tenggelam dalam berita-berita palsu pengalih-perhatian. Kalian manusia masih juga tidak menyadari kebusukan ini dan mencari-cari sisa-sisa kejayaan masa lalu. Tidak perlu dicari karena waktu lima tahun hampir usai dan para warna dengan perut gendut yang telah lapar akan kembali keluar sarang. Telah tiba lagi waktu bagi para warna untuk menipu ! Pelangi selalu ingkar janji!

Salam!

myflag

Sep
10

when every moment flashing up by the lens….

we can share the stories to all the friends….

Sep
07

DUNIA LAIN
(kesalahan yang mendarah-daging

Pernahkah kita berpikir bahwa ada dunia lain selain dunia kita ini? Maksud saya bukan dunia lain yang ghoib yang sudah jelas dirinci dan dijelaskan oleh Al Quran atau Kitab-kitab Suci yang lain. Bukan dunia lain yang supranatural dalam pandangan kita manusia biasa, bukan dunia lain yang hanya bisa dirasakan oleh paranormal. Bukan semua itu! Maksud saya yang lebih jelas adalah apakah ada kehidupan lain selain di bumi kita ini?

Pembahasan dan penelitian mengenai hal sudah lama sekali dilakukan bahkan sekarang menggunakan pendekatan teknologi ilmiah (science-approach) karena pendekatan inilah yang paling memungkinkan diterima oleh akal manusia (empiris).

“Extraterrestrial life is life originating outside of the Earth. It is the subject of astrobiology, and its existence remains hypothetical. There is no credible evidence of extraterrestrial life that has been widely accepted by the scientific community”.

Demikian ditulis oleh Wikipedia yang kurang lebih berarti..” Kehidupan ekstrareristerial adalah kehidupan yang berasal dari luar bumi. Kehidupan ini merupakan pokok bahasan astrobiologi dan keberadaannya masih tetap berupa hipotesis (dugaan). Tidak ada bukti konkrit tentang ekstrateresterial ini yang diterima secara luas oleh masyarakat ilmiah”

Kesepakatan ilmiah atas kehidupan lain di luar bumi kita ini masih menjadi perdebatan sengit para ahli dari bidang apapun karena memang sangat minimnya bukti empiris yang tersedia. Foto-foto tentang benda terbang aneh, piring terbang atau sinar kemilau di langit yang tersedia hanya dalam bentuknya yang buram dan malah palsu. Fakta seperti ini tak akan lagi menggerakan naluri ilmiah kita untuk menerimanya. Ini cuma sekedar bagian dari gosip, sampah, dan lelucon.


(foto diambil dari http://www.freakingnews.com)

Berita munculnya benda terbang aneh yang mungkin dikendarai oleh makhluk cerdas semacam aliens lucunya hanya terjadi di Amerika Serikat, Eropa, dan sebagian benua Amerika. Tak pernah sekalipun benda semacam itu dilaporkan muncul di Indonesia, Papua Nugini, atau Ethiopia. Barangkali para aliens menyadari bahwa kehadiran mereka di negara-negara miskin seperti itu tidak menimbulkan sensasi karena para ahlinya lebih tertarik untuk merumuskan teknologi tepat guna yang efisien untuk memperbaiki taraf hidup daripada ikut-ikutan bergosip-ilmiah tentang aliens.

Masyarakat di negara-negara miskin juga tidak begitu tertarik untuk membahas lebih lanjut kehidupan para aliens tersebut. Bagi mereka aliens tidak lebih dari sekedar tontonan dahsyat hollywood bagi imajinasi mereka di TV atau bioskop-bisokop kampung. Perbincangan mengenai film aliens itu hanya terjadi pada anak-anak kecil yang mengganggap aliens adalah musuh bukan superhero semacam Arnold Schwazneger. Para orang tua bahkan sama sekali tidak melirik sedikitpun pada para aliens ini. Mereka ternyata memiliki jagoan supranatural lain yang lebih dahsyat, lebih mumpuni, lebih mengerikan daripada para aliens ini. Ada santet, tuyul, jailangkung, genderuwo, wewe gombel bahkan penampakan aneh yang dulu menjadi acara pada prime time televisi-televisi swasta kita. Jagoan-jagoan ini tidak memerlukan pendekatan ilmiah. Tidak pula memerlukan penelitian yang panjang, mahal dan didukung dananya oleh pemerintah.


(foto diambil dari http://www.ghost-pictures.org)

Mereka muncul sesuai kehendak masyarakat, yang efeknya akan sangat mengerikan karena sebelum mereka muncul, nama-nama dan sepak terjang mereka sudah tertanam bertahun-tahun pada generasi-generasi baru masyarakat kita. Keniscayaan yang tidak terbantahkan! Penerimaan total masyarakat atas sesuatu yang bahkan belum pernah mereka lihat. Pendidikan moral yang telah mendarah-daging. Jagoan-jagoan itu sudah menjadi kawan dekat kita bahkan sejak bayi kita lahir, bertetangga dengan kita, hidup di alam kita, dan kata sebagian besar masyarakat kita, mereka bahkan bisa dipanggil dan didatangkan untuk acara-acara manusia masyarakat kita dengan harga yang tidak mahal. Berbeda dengan ekstrateresterial dan aliens di negara-negara maju yang penampakannya saja membutuhkan dana miliaran dollar untuk membuktikan eksisitensinya. Masyarakat kita ternyata lebih maju selangkah daripada mereka untuk urusan semacam ini.

Salam!

myflag

Sep
07

KETERGESAAN
bercermin dari para tukang ojek Sunan Giri-Gresik

Suatu siang di jalanan sempit dan berdebu menuju kompleks makam Sunan Giri, segerombolan pengendara motor berompi hijau berlomba memacu motor mereka. Hempasan kerikil dan pekatnya debu kering mengiringi laju motor yang membawa dua hingga tiga orang sekaligus. Kecepatan dan kelincahan mereka meliuk-liuk dan mengatur ritme gas dan rem mungkin hanya bisa ditandingi oleh para riders dalam international motocross events. Ya, mereka adalah para tukang ojek yang menyediakan jasa “fast delivery” kepada para peziarah yang baru saja menjejakkan kaki di terminal bus kompleks wisata Sunan Giri.


(foto diambil dari situs http://www.gresik.eastjava.com)

Kecepatan laju motor mereka seakan merupakan cerminan ketergesaan manusia mencari dan mengumpulkan jati diri selama hidup. Pencarian yang tidak akan pernah berakhir. Perjuangan manusia untuk menunjukan eksistensi dan entitasnya pada lingkup dimana mereka menitipkan oksigen kehidupan. Pengakuan bahwa kita / kami adalah ada merupakan suatu pencapaian mutlak tertinggi yang sangat dahsyat harganya. Diperlukan ribuan nyali, ribuan kesempatan, ribuan rencana dan ribuan peruntungan untuk sekedar mendekat ke arah pengakuan eksistensi dan entitas itu. Ketergesaan itu justru juga membuktikan bahwa ada sebuah persaingan yang sangat keras untuk mencapainya. Seperti halnya para tukang ojek di komplek makam Sunan Giri, persaingan bagi mereka adalah dua sisi koin yang berlainan. Persaingan pada satu sisi adalah singgungan keras antar manusia untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Singgungan ini memunculkan ego manusia yang mengalahkan pemikiran-pemikiran rasional. Bila suatu tujuan telah ditetapkan maka harga yang tertera di label komputer otak sama sekali tak berpengaruh, kabur, resist, bahkan hilang. Ketergesaan para tukang ojek mewakili sebuah keniscayaan bahwa harus ada pemenang dalam duel persaingan antar manusia. Jalanan berkelok, naik turun, berdebu, panas dan beban berat dua penumpang adalah sebuah level ketangkasan seperti dalam sebuah permainan di portable game macam Play Station. Siapapun yang sukses pada level awal akan dihadapkan pada level berikutnya yang lebih berat. Namun kemenangan di level awal akan berbuah bonus untuk senjata di level berikutnya. Bedanya yang utama adalah kekalahan menaklukan level awal di sebuah game adalah kesementaraan karena kita masih bisa mengulangnya tiap kali kita inginkan. Kekalahan mutlak dalam persaingan eksisitensi nyata-nyata telah membuat manusia susah bangkit, terpuruk makin dalam ke dalam selokan pekat dan apabila alarm di otak sudah “off” maka hilanglah eksistensi itu. Tak ada lagi yang pernah mengenalnya.

Persaingan pada sisi koin yang satu lagi adalah justru memunculkan fakta baru bahwa telah tercipta satu perekat “super glue” terhadap para pencari eksistensi itu. Kesamaan adalah kata kunci yang sangat dahsyat untuk menjadikan persaingan lebih tertata dan terorganisir dalam koridor sopan santun hidup. Pikiran picik dalam isi kepala untuk menohok kawan seiring atau menggunting dalam lipatan telah di”brain-washed” habis-habisan agar tidak muncul meski pemicunya tak pernah hilang. Melawan ego diri sendiri adalah satu satunya jalan untuk memenangkan perebutan eksistensi ini. Seperti halnya dalam sepak bola, keragaman manusia haruslah di tata dengan manajemen bola modern, dimana setiap posisi pemain akan sangat mempengaruhi penampilan di lapangan. Tidak ada striker bintang yang harus diistimewakan karena tak ada artinya bila dia tidak didukung oleh pengumpan hebat dengan bola-bola crossing yang matang,

Para pengojek Sunan Giri telah mengajari pemikiran kita tentang ketergesaan dan persaingan dalam meraih keniscayaan diri. Sebuah pilihan antara singgungan dan rangkulan yang memiliki harga jual masing-masing. Sebuah koin yang telah dilemparkan. Tinggal kita putuskan hari ini, sisi mana yang kita harapkan.

Salam!
myflag